Pemangsa puncak ini dianggap identik dengan lambang negara Indonesia. Sejak 1992, ia ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia.
Jumlah yang semakin langka di alam liar membuat Elang Jawa berstatus dilindungi. Dalam daftar merah IUCN, ia masuk dalam golongan terancam punah. Meski di Meru Betiri ia dijumpai di dekat laut, spesies endemik Jawa ini lebih mudah ditemukan di sebagian besar area lereng berhutan pegunungan Jawa, sampai ketinggian 3.000 mdpl.
Tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap hutan primer, bersama makin susutnya luasan hutan akibat invasi manusia, membuat keberadaan raptor ini kian sulit dijumpai. Apalagi, ia suka bersarang di pohon-pohon tinggi. Selama masa berbiak di bulan Januari hingga Juni, betinanya rata-rata hanya bertelur satu butir dalam seperiode suksesi. Memangsa tupai pohon, bajing, kelelawar, luwak, sampai anak monyet, predator ini umumnya berburu dengan mengamati dari tempatnya bertengger. Di dalam kawasan taman nasional, kadang ia terlihat terbang berputar di lereng selatan hingga timur Merapi.