Kayu Timoho: Warisan Alam dengan Khasiat Luar Biasa

Seri Tanaman Bertuah #1

Di tengah keanekaragaman flora tropis, kayu timoho (Kleinhovia hospita L.) menonjol sebagai spesies yang tak hanya indah, tapi juga penuh manfaat.

Tanaman dari famili Malvaceae ini tersebar luas di Indonesia. Persebaran globalnya meliputi sebagian besar wilayah tropis Asia. Jenis ini dapat dijumpai di India, Burma, Indocina, Thailand, Semenanjung Malaya, Indonesia, Filipina, hingga Papua Nugini. Ke utara hingga Taiwan dan Hainan di Tiongkok; ke timur hingga Fiji dan Polinesia di Pasifik; dan ke selatan hingga Queensland di Australia. Pohon ini umum didapati di hutan sekunder, padang rumput, dan lahan-lahan marjinal pada ketinggian 0—200 mdpl (dijumpai secara terbatas sampai dengan 500 mdpl).

Ciri-Ciri Kayu Timoho Kayu timoho dikenal dengan warna pucat kekuningan dan urat-urat hitam yang tidak merata, memberikan corak unik yang mengagumkan. Timaha menghasilkan kayu yang ringan, Kerapatan kayunya berkisar antara 0,34-0,61 (rata-rata 0,49) g/cm³. Daunnya yang tunggal, berseling, dan berbentuk bulat telur hingga jantung, serta bunganya yang berwarna merah jambu, menambah keindahan pohon ini.

Manfaat Kesehatan Lebih dari sekadar estetika, kayu timoho menyimpan khasiat kesehatan yang luar biasa. Daun-daunnya digunakan untuk keramas. Daun dan kulit kayunya mengandung senyawa cyanogenic yang efektif membunuh ektoparasit seperti kutu. Beberapa penelitian menggambarkan kandungan metabolit sekunder yang berpotensi menjadi antikanker, antidiabetes, antioksidan, dan hepatoprotektif (mencegah/mengobati kerusakan hati).

Manfaat Ekologi Pohon timoho tumbuh cepat, sehingga sering pula ditanam sebagai pagar hidup. Sifat ekologisnya sebagai pembentuk vegetasi sekunder menjadikannya cocok sebagai tanaman untuk penghijauan atau reforestasi. Malai bunganya yang indah, yang dapat disaksikan hampir di sepanjang tahun, membuat timoho atau katimaha bernilai sebagai pohon hias. Tumbuhan ini juga berfungsi sebagai penghasil mulsa, tumbuhan pionir untuk memperbaiki kesuburan tanah, mengendalikan erosi, menahan terpaan angin, serta sebagai pembentuk habitat satwa.

Kegunaan Tradisional dan Magis Dalam kepercayaan tradisional, kayu timoho digunakan dalam pembuatan tosan aji (keris) dan diyakini memiliki kekuatan gaib. Salah satu mitos yang beredar di masyarakat adalah bahwa kayu timoho memiliki kekuatan gaib yang dapat memengaruhi pemiliknya. 

Pada jamannya, kayu ini merupakan sumber utama untuk kerajinan gagang keris, tombak, serta sarung (kerangka). Berbagai motif dan coraknya dipercaya sebagai tanda atau lambang dari khasiat yang bersemayam di dalam kayu tersebut. Bentuk urat bergaris memanjang dipercaya menggambarkan kekuatan dan keteguhan, bentuk bunga mekar melambangkan kecantikan dan charisma, bentuk mata air mengalir menggambarkan kesuburan dan kemakmuran. Masih ada banyak ragam corak yang diartikan dengan perlambang yang berbeda-beda. Siapapun yang memakainya, dipercaya akan mendapatkan khasiat dari kayu ini sesuai dengan corak yang tergambar.

Mitos lainnya mengatakan bahwa kayu timoho dapat menolak bala atau bencana. Sebuah kisah yang diceritakan dari mulut ke mulut menyebutkan bahwa saat letusan Gunung Merapi tahun 2010, banyak rumah penduduk yang terbakar, namun rumah-rumah yang menggunakan kayu timoho sebagai bahan bangunan tetap utuh dan tidak terbakar. Apakah ini sebuah hal yang benar-benar terjadi atau hanya rumor yang dilebih-lebihkan, tentunya perlu penggalian informasi yang lebih mendalam.

Mitos-mitos ini menambah dimensi spiritual dan kultural pada kayu timoho, menjadikannya lebih dari sekadar material, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang kaya akan cerita dan kepercayaan.

Konservasi dan Kekinian Tanaman ini mulai sulit dijumpai di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Informasi yang berhasil dihimpun, tanaman ini dulunya sering diambil oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung-jawab untuk diperjual-belikan dan digunakan sebagai bahan pembuatan warangka keris.

Di Yogyakarta sendiri, kayu timoho termasuk ke dalam jenis kayu yang dihargai. Namanya diabadikan sebagai nama salah satu kampung di Kota Yogyakarta. Toponim ini berhubungan dengan kondisi daerah tersebut di jaman dahulu yang merupakan hutan yang banyak ditumbuhi kayu timoho. Baru-baru ini, perhatian Masyarakat terutama pecinta seni Tosan aji semakin besar dengan semakin langkanya kayu timoho. Komunitas ini mencanangkan Gerakan menanam satu anggota satu pohon timoho. Bibit tanaman ini merupakan hibah dari Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Kehutanan (BBPSIK) yang dulunya merupakan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.

Penutup Kayu timoho adalah contoh sempurna dari bagaimana alam memberikan kekayaan yang tak hanya memanjakan mata tapi juga memberi manfaat nyata bagi kesehatan dan budaya. Terlepas dari mitos-mitos yang beredar dan dipercaya oleh Masyarakat, nyatanya secara ilmiah tanaman ini benar-benar terbukti memiliki khasiat dan manfaat bagi manusia. Mari kita hargai dan lestarikan warisan alam ini untuk generasi yang akan datang.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest