Klewer/Sawa: Manfaat Medis, Ekologi, dan Budaya

( Engelhardia spicata )

Seri Tanaman Bertuah #3

Namanya mungkin mengingatkan kita pada pasar terkemuka di Solo. Tapi tentu saja, spesies ini tak ada hubungannya dengan jual-beli.

Kerap juga disebut sawa (sowo), pohon yang tumbuh di zona pegunungan bawah hingga tengah (1.000 – 2.000 mdpl) ini dinamai demikian karena bunga yang menjuntai-juntai. Nglewer, dalam istilah orang Jawa.

Sulit membedakan mana daun, bunga jantan, dan bunga betina pada pohon sawa (Engelhardia spicata). Sebab, meski berbeda bentuk, warnanya nyaris serupa. Tetapi bunga yang melimpah dan menyerupai ekor kucing membuatnya cukup mudah dikenali di antara tegakan yang lain. Dapat tumbuh setinggi 30 meter, dengan lingkar batang cukup besar: 1,5 meter dan bercabang banyak, pohon sawa menjadi habitat yang mengasyikkan bagi lutung, yang juga memakan buahnya.

Masyarakat Merapi kerap memanfaatkannya sebagai kayu bakar. Padahal, sawa juga bermanfaat sebagai obat tradisional untuk luka dalam, dapat meredakan diare dan disentri, menyembuhkan kudis, pengobatan luka.

Penelitian menunjukkan potensi tanaman ini sebagai antiseptik, anti-inflamasi dan anti-kanker. Akar dan daun pohon ini digunakan sebagai antiseptik alami, sering kali digosokkan pada gigi dan gusi untuk menjaga kesehatan mulut.

Di lingkungan Merapi, pohon sawa telah mencapai puncak pertumbuhannya dan relatif tak terdampak oleh erupsi.

Manfaat Ekologi

Engelhardia spicata juga memiliki peran penting dalam ekosistem:

  • Reboisasi: Pohon ini sering digunakan dalam proyek reboisasi di Thailand dan daerah lainnya karena kemampuannya untuk tumbuh cepat dan menekan gulma.
  • Stabilisasi Tanah: Sistem akar yang kuat membantu mencegah erosi tanah, terutama di daerah lereng gunung dan tepi sungai.
  • Habitat Satwa Liar: Pohon ini menyediakan habitat bagi berbagai jenis burung dan mamalia kecil, yang berkontribusi pada keanekaragaman hayati.
Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest