Kepercayaan bahwa Gunung Merapi akan mencukupi hidup, telah menubuh dalam diri masyarakat daerah penyangga. Karena itu, tingkat ketergantungan dan interaksi dengan kawasan hutan cukup tinggi.
Untuk melindungi area taman nasional dari pemanfaatan yang tidak lestari, pasca-erupsi 2010, Balai Taman Nasional Gunung Merapi mulai melibatkan penduduk setempat dalam memulihkan kawasan hutan yang terdampak bencana. Selain dilibatkan untuk menanam dan memelihara tumbuhan lokal Merapi seperti puspa, dadap, gayam, berasan, dan salam, sejumlah kelompok tani, di antaranya KTH Jurang Jero, KTH Randu Ijo, dan SPKP Merapi Asri, juga difasilitasi untuk mengembangkan persemaian tanaman hutan dan tanaman produksi. Produktivitas ketiga persemaian ini memungkinkan dibukanya kesempatan adopsi pohon Merapi bagi masyarakat luas, mulai tahun 2016.
Gerakan penghijauan bersama masyarakat juga dijalankan melalui demplot restorasi Blok Pule. Secara tidak langsung, keterlibatan masyarakat daerah penyangga dalam upaya pemulihan hutan telah merangsang rasa memiliki dan dorongan untuk melindungi kawasan taman nasional.