Di antara rona tumbuhan pegunungan yang bisa ditemui di Merapi, anggrek memiliki tingkat keragaman jenis paling tinggi. Di sisi lain, keragaman spesies dan populasi anggrek hutan rentan musnah akibat erupsi. Letusan Merapi tahun 2010 telah melenyapkan setidaknya 10 spesies anggrek yang pernah ditemui sebelumnya.
Lereng selatan dan barat daya Merapi adalah habitat utama anggrek Merapi. Seiring dengan permintaan tanaman hias yang cukup tinggi, potensi ini kemudian dikembangkan di daerah penyangga sisi selatan Merapi. Balai Taman Nasional Gunung Merapi mula-mula melakukan pendampingan kepada Kelompok Tani Ngudi Makmur Dusun Turgo, Purwobinangun Pakem. Kini, kelompok Ngudi Makmur telah memiliki 3 rumah kaca, yang sebagian besar membudidayakan anggrek hutan Merapi, termasuk Vanda tricolor. Tahun 2015, kegiatan konservasi anggrek juga diperkenalkan di Kelompok Tani Hutan (KTH) Sekar Arum, Tunggul Arum, Wonokerto Turi. Bersama masyarakat Turgo dan Tunggul Arum, sejumlah spesies anggrek telah berhasil dikembalikan ke habitatnya di Merapi, tahun 2012 dan 2016