“Azimuth datang 340° jarak 150 m, soaring, masih terbang berputar, lost (hilang) di 294° jarak 250 m” info salah satu petugas pengamat yang kemudian dicatat pada isian tabel data monitoring Elang Jawa oleh petugas lainnya.
Selama 4 (empat) hari, sejak tanggal 1 hingga 4 Oktober 2024, petugas Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) melakukan pemantauan serentak satwa dirgantara nasional, yang salah satu habitat alaminya ada di kawasan lereng Gunung Merapi.
Tahun ini pengamatan dilaksanakan di beberapa lokasi di wilayah Magelang, Sleman, dan Klaten. Dan tercatat perjumpaan dengan keluarga salah satu satwa terancam punah ini.
Kepala BTNGM, Muhammad Wahyudi, menyampaikan bahwa tahun ini menjadi tahun ke-13 pemantauan raptor di TNGM, sejak tahun 2010. Pemantauan berkala dilaksanakan untuk mendapatkan data series keberadaan burung penetap dan endemik Pulau Jawa ini. Empat tahun terakhir, terdata sejumlah 7-8 individu Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) di seluruh kawasan TNGM, dengan salah satunya tercatat masih sangat muda (juvenil).
Ditambahkan Wahyudi, keberadaan Elang Jawa di hutan tropis ini sangat bergantung dengan hutan primer dan hutan sekunder di sebelahnya. Sebagai pemangsa puncak, keberadaan Elang Jawa atau Javan Hawk Eagle (JHE) menjadi indikator sangat penting dalam rantai dan jaring-jaring makanan suatu ekosistem, termasuk di TNGM. Informasi yang cukup mengenai ekologi satwa ini dapat menjadi indikator kelestarian ekosistem maupun spesies dilindungi ini.
Selama pemantauan 2010 s.d. sekarang dapat dipastikan ada peningkatan jumlah individu Elang Jawa, yang hal ini dapat menjadi tolok ukur bahwa pengelolaan TNGM sebagai kawasan konservasi khususnya pelestarian satwa telah berjalan dengan baik, pungkas Wahyudi.
**”