Selain melati, beragam bunga dapat diolah menjadi teh. Salah satunya mawar.
Potensi ini dikembangkan oleh warga Desa Cluntang, Musuk Boyolali, yang rata-rata adalah petani mawar. Karena tadinya hanya dimanfaatkan sebagai bunga tabur, kerap kali, ketika harganya jatuh, petani enggan memanen. Mawar hanya dibiarkan layu dan membusuk begitu saja. Tahun 2015, salah seorang warga Cluntang mulai mencari nilai ekonomi yang lebih baik untuk mawar. Dari situ, muncullah beragam produk seperti teh mawar, sirup, dan es krim mawar.
Seperti apa rasanya? Tak jauh beda dengan teh pada umumnya, dengan rasa sepet yang lebih kentara. Teh mawar baik dikonsumsi ketika tengah melawan flu, bronkitis, atau masalah pernapasan lainnya, juga membantu meredakan masalah pencernaan seperti konstipasi, kram, kembung dan diare. Produk ini bisa ditemukan di sisi timur lereng Merapi.