Sosok manuk guwek, demikian orang Jawa biasa menyebut satwa nokturnal ini, dan mata yang bundar, tak ayal mengingatkan kita pada jenis burung yang lekat di ingatan kanak-kanak.
Ya, Celepuk Reban memang tergolong burung hantu, meski ukurannya jauh lebih kecil. Di malam hari, ia gemar bertengger di pohon rendah atau perdu, lalu mengeluarkan suara memilukan atau duet bersahut-sahutan dengan pasangannya. Tapi, jangan tertipu. Sewaktu-waktu, ia bisa terjun menyergap mangsa. Serangga malam seperti ngengat dan belalang, juga kodok dan burung-burung kecil, adalah mangsa favorit burung hantu kecil ini. Tak jarang, Celepuk Reban juga berburu bersama anak-anaknya.
Gemar bersarang di lubang pohon, di sela pelepah kelapa, atau rumpun bambu, ia termasuk mudah ditemukan di dekat pemukiman warga. Celepuk Reban biasanya berbiak di musim penghujan. Sekali berbiak, betinanya mengeluarkan 2-3 telur. Di kawasan Merapi, ia bisa ditemukan di lereng pegunungan, sampai ketinggian 1.600 mdpl.